Kasus Ulat Bulu : "Ada Apa Dengan Ambang Batas Populasi Ulat Bulu...?"

Begini sobat Netter GoelaGoela…ngelanjutin crita yang kemarin ntuh, kali ini saya mau coba kasih tulisan tentang "Ambang Batas Populasi..." Ok, kita langsung ajah ke TKP...



“Disebut hama dan penyakit tanaman karena makluk hidup yang menyandang nama itu telah berpotensi nyata dalam mengganggu usaha manusia dalam pertanian.” (www.GoelaGoela.blogspot.com , 2011)
Grafik Ambang Batas Populasi HPT
Basic-nya dari jaman dahulu kala dan masa kini, yang namanya istilah “hama dan penyakit” tanaman itu sudah ada, artinya kenapa disebut hama dan penyakit karena makluk yang menyandang nama itu telah berpotensi nyata dalam mengganggu usaha manusia dalam pertanian. Namun “ledakan populasinya” masih dalam “ambang batas populasi”. Hal ini mungkin saja karena masih adanya daya dukung alam dalam menyeimbangkan populasi-populasi dari makluk hidup dengan mekanisme “rantai makanan”.

Ilustrasi dari Rantai Makanan
Hhh…what the hell is that?! (mengerut dahi saya….menginget mata kuliah HPT…dulu lupa sekarang…???)

Bagaimana sobat NetterGoelaGoela…dengan melihat kedua gambar diatas, apabila rantai makanan dalam kondisi "normal", maka yang namanya wereng coklat, ulat bulu, belalang, tikus, fungi, bakteri dan makluk hidup lainnya (mungkin termasuk manusia juga….hahaha…) dapat dikatakan sebagai hama dan penyakit bila sudah melewati “ambang batas populasi”. Bila masih dibawah ambang batas populasi… maka hanya dikatakan “berpotensi” bisa menyebabkan serangan...it’s ok, aman terkendali…

Ambang Batas Populasi sendiri ditentukan dengan beberapa pengujian, penelitian seksama pada data-data kasus serangan Hama Penyakit Tanaman (HPT)… macem uji beberapa sample data kasus dari serangan hama dan penyakit berbanding dengan total populasi tanaman dan hasil panen (secara sederhana mewakili aspek sosial ekonomi)… jadi hitungan ambang batas populasi sendiri tidak-lah sama pada masing-masing jenis komoditas pertanian. 

Ya ya… sederhana mikirnya bila populasi HPT (menyerang tanaman) lebih dari  10% dari total populasi tanaman, maka dapat dikatakan serangan HPT, logikanya total populasi tanaman akan berkurang 10%, dan hasil panen juga menyusut 10% pula, hitungan dagangnya dikatakan kerugian ekonomis. Maka kalo ndak salah denger “Ambang Batas Populasi” HPT ada yang bilang juga “Ambang Batas Ekonomi” (cmiw)

Lantas bagaimana “musibah” serangan ulat bulu yang meluas tidak hanya pada tanaman, tapi juga mengganggu aktifitas manusia? Nah ini dia masalahnya… mengapa hal ini luput dari pemantauan? Ok lah, “ledakan populasi ulat bulu” sendiri kemungkinan besar terjadi karena beberapa faktor :

  1. Faktor Alam : Perubahan cuaca yang ekstrim, sehingga populasi dari musuh/predator alami berkurang/mati/tidak bisa berkembang karena telur tidak menetas, daya tahan hidup musuh/predator alami berkurang akibat perubahan suhu yang ekstrim, kelembaban tinggi sehingga jamur berkembang baik.
  2. Faktor Manusia : penggunaan pestisida/fungisida dalam pengendalian HPT berbahan aktif kimiawi sehingga musuh/predator alami ikut mati, penggunaan pupuk nitrogen berlebih sehingga pertumbuhan tanaman menjadi subur namun disenangi sebagai sumber makanan oleh serangga, pemilihan tanaman yang seragam sehingga memicu serangan masal dan perilaku lainnya adalah, terlambat dalam adopsi teknologi pertanian khususnya pengendalian HPT terbaru.
And what’s the point?

Bila ber-hipotesa…maka dugaan terbesar saya adalah… terputusnya rantai makanan, bila musuh/predator alami ini berkurang populasinya atau bahkan musnah, maka akan terjadi “ledakan populasi” pada  tingkat rantai makanan dibawahnya…. Ya inilah yang sekarang terjadi, “ledakan populasi ulat bulu”.
 Si Ulat Bulu yang telah Melebihi Ambang Batas Populasinya
"Trus...bagaimana? Apa yang musti diperbuat?"


Ok, nantikan investigasi saya selanjutnya...soalnya si ulat bulu sudah dikabarkan menyerang Ibu Kota kita...Jakarta..."Ulat Bulu Menyerang Jakarta ?"...


0 Response to "Kasus Ulat Bulu : "Ada Apa Dengan Ambang Batas Populasi Ulat Bulu...?""

Post a Comment